ABSTRAK
Riyanto. 2010. Identifikasi variasi genetik kerbau
lokal jawa timur (Bubalus bubalis) dari wilayah yang berbeda berbasis
mikrosatelit sebagai pengembangan bahan ajar mata kuliah genetika. Tesis, Program studi Pendidikan
Biologi, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Dr. agr.
Mohamad Amin, S.Pd., M.Si. dan Pembimbing (II) Dr. Abdul Gofur, M.Si.
Kata kunci: variasi genetik,
kerbau lokal Jawa Timur, mikrosatelit,
bahan ajar.
Salah
satu propinsi di Indonesia yang memiliki populasi kerbau cukup banyak adalah
Jawa Timur. Jumlah
populasi ternak kerbau di Jawa Timur dari tahun 2003-2007 mengalami penurunan secara drastis. Tahun 2003 jumlah
ternak kerbau 110.685 ekor sedangkan tahun 2007 jumlahnya 53.364 ekor, selama 4
tahun mengalami penurunan sekitar 50%. Apabila hal ini berlangsung terus
menerus dikhawatirkan suatu saat akan mengalami kepunahan dan kehilangan plasma nutfah. Kehilangan plasma nutfah
dapat dihindari dengan deteksi keragaman genetik, salah satu cara untuk deteksi
keragaman genetik dapat dilakukan melalui pendekatan dengan pengamatan morfologi
dan molekuler. Salah satu penanda molekuler yang dapat dimanfaatkan
dalam kegiatan identifikasi genetik adalah mikrosatelit
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) variasi
fenotip kerbau lokal di Jawa Timur dari wilayah Banyuwangi dan Blitar; (2) variasi
genotip berbasis Mikrosatelit kerbau lokal di Jawa Timur dari wilayah
Banyuwangi dan Blitar; (3) bagaimanakah hasil penelitian dapat digunakan
sebagai pengembangan bahan
ajar mata kuliah genetika.
Pengamatan pola variasi genetik
dilakukan mulai tahapan isolasi DNA yang dilanjutkan dengan elektroforesis
dengan menggunakan gel agarose setelah itu dilakukan PCR dan dilanjutkan dengan
elektroforesis gel poliacrilamid. Dari elektoforesis gel ini didapatkan band
yang kemudian dianalisis dengan menggunakan GENEPOP ver. 3.1d.
Hasil
analisis menunjukkan bahwa variasi genetik
populasi kerbau Blitar lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan populasi kerbau Banyuwangi. Hal ini dapat dilihat dari
rata-rata nilai informasi polimorfik alel pada
populasi kerbau Blitar yaitu 55% sedangkan rata-rata nilai informasi
polimorfik pada populasi kerbau Banyuwangi yaitu 47%.
Nilai
frekuensi alel ketiga lokus mikrosatelit populasi kerbau Blitar berkisar antara
0,06 sampai 0,65, sedangkan nilai frekuensi alel
ketiga lokus mikrosatelit populasi kerbau Banyuwangi berkisar antara 0,07
sampai 0,63, setelah diketahui
nilai frekuensi alel, maka analisis dilanjutkan dengan penentuan nilai
heterosigositas. Nilai rata-rata
heterosigositas pada populasi kerbau Blitar dari ke tiga lokus sebesar 41,50%, sedangkan nilai rata-rata
heterosigositas dari populasi kerbau Banyuwangi ke tiga lokus sebesar 27,60%. Angka ini menunjukkan
bahwa nilai rata-rata heterosigositas pada
populasi kerbau Blitar lebih tinggi apabila dibandingkan dengan nilai rata-rata heterosigositas pada populasi kerbau
Banyuwangi.
Hasil penelitian ini dapat
diaplikasikan dalam pembelajaran terutama untuk pengembangan bahan ajar mata
kuliah genetika bagian genetika populasi beserta penuntun praktikumnya.
Bahan ajar dan penuntun praktikum yang
telah disusun, dapat digunakan oleh dosen dan mahasiswa program studi
pendidikan biologi untuk lebih memahami prinsip-prinsip dasar genetika khususnya
genetika populasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar